Kamis, Februari 02, 2012

Mengapa manusia bisa lupa bahkan pikun?

Dari dulu hingga sekarang orang mengira, bahwa pikun itu merupakan penyakit yang lumrah bagi orang yang berusia lanjut. Artinya, orang yang kalau sudah tua lalu pikun itu dianggap normal atau wajar-wajar saja. Namun dugaan itu ternyata meleset. Menjadi tua tidak selalu harus pikun. Buktinya, bila dibandingkan jumlah orang tua yang pikun dan tidak pikun dalam suatu masyarakat, jumlah yang pikun itu masih sedikit.

Bila pikun itu hal normal bagi orang tua, mestinya jumlah orang pikun akan jauh lebih besar. Memang banyak orang tua yang penglihatannya atau pendengarannya sudah sangat mundur, namun pikirannya masih utuh dan jernih, tidak pikun.

Pikun dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah dementia. Istilah ini melukiskan kemunduran secara perlahan pada fungsi intelektual dan sosial yang dialami seseorang. Makin lama makin bertamah berat, yang disebabkan oleh gangguan pada jaringan otak.

Tiga ciri-ciri penderita penyakit pikun yaitu:
1. Adanya kemunduran kecerdasan atau intelektualnya.
2. Kemunduran tersebut bersifat perlahan-lahan yang semakin memburuk. Jadi orang yang mendadak kehilangan fungsi intelektual, misalnya sesudah mengalami geger otak, atau infeksi otak, tidaklah termasuk dalam kategori pikun.
3. Kemunduran intelektual tersebut disebabkan oleh gangguan-gangguan pada otak, apapun sebabnya.

Dengan bersandar pada pengertian diatas, pikun ternyata merupakan gangguan yang tidak harus ada serta tidak selalu pas bagi para lanjut usia, walau penderitanya memang kebanyakan dari golongan usia lanjut. Bila mengacu pada kehidupan di negara-negara maju seperti di Amerika Serikat, penyakit Alzheimer telah menghinggapi pada 2 juta orang. Jumlah tersebut semakin membengkak pada waktu belakang ini. Dan mungkin dalam waktu tidak terlalu lama, pikun akan menjadi masalah kesehatan dan sosial yang cukup menonjol di negara Uncle Sam ini.

Hal tersebut terbukti, atas pernyataan mantan Presiden Amerika Serikat, Ronald Reagan, yang membuat surat terbuka, dan mengumumkan kepada khalayak ramai, bahwa dirinya terkena penyakit Alzheimer. Kalau saja dia tidak mengeluarkan pengumuman tersebut, barangkali masyarakat awam, khususnya di Indonesia tidak akan pernah mengenal penyakit yang satu ini, yaitu penyakit Alzheimer.

Kalaulah pikun dibedakan menurut bisa tidaknya diobati, maka sampai kini dikenal ada dua macam pikun, yaitu pikun yang masih sulit untuk disembuhkan, dan jenis kedua adalah pikun yang dapat dicegah dan disembuhkan.

Pikun yang sulit disembuhkan, disebabkan oleh proses kemunduran sel-sel otak yang makin lama makin parah. Sampai kini ilmu pengetahuan belum mampu menjawab dengan pasti, kenapa sel-sel otak itu mundur. Sel yang tadinya segar bugar, dengan perlahan menjadi layu dan akhirnya mati. Istilah ilmiahnya, sel-sel itu mengalami degenerasi. Padahal, sekali sel otak mati tidak akan tumbuh sel penggantinya.

Bila kulit atau otot luka, jaringannya hancur, akan mampu untuk tumbuh kembali lewat proses yang disebut regenerasi. Tapi kalau sel otak? Dia masih dan tetap mati tanpa regenarasi. Penyakit pikun yang disebakan oleh proses degenarasi ini, yang belum dapat dicegah dan masih sulit disembuhkan, inilah yang disebut Alzheimer yang cukup menjadi momok bagi orang lanjut usia. Walaupun ada usia muda yang diserang penyakit ini. Tetapi pada umumnya penyakit ini menyerang pada orang-orang yang berusia 50-70 tahun.
materi referensi:
http://www.kabarindonesia.com/berita.php…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar