Tutup Gereja, Camat Jatinagor Tak Paham Pancasila
Persatuan Gereja dan Perkumpulan Kristen Bandung menilai Camat Jatinangor dan Lurah Mekargalih tidak memahami Pancasila. Perangkat pemerintah itu dinilai bersalah membiarkan penutupan Gereja Pantekosta oleh FPI.
VHRmedia, Bandung - Camat Jatinagor dan Lurah Mekargalih dinilai tidak memahami Pancasila karena membiarkan penutupan Gereja Pantekosta Jatinangor. Gereja tersebut diserang dan ditutup paksa oleh Front Pembela Islam, 17 Juli 2011.
Ketua Persatuan Gereja dan Perkumpulan Kristen (PGPK) Bandung, Jopie Ratu mengatakan Camat Jatinangor Nandang Suparman dan Lurah Mekargalih Arief Saefuloh harus mengikuti penataran P4.
Menurut Jopie, Nandang Suparman dan Arief Saefuloh tidak paham makna Pancasila. ”Camat dan lurahnya harus ikut penataran P4. Mereka tidak paham makna Pancasila. Saya tidak yakin Garuda masih ada di Indonesia. Jangan-jangan sudah diganti burung lain,” kata Jopie Ratu, Selasa (27/9).
Jopie mengatakan, penutupan gereja di Jawa Barat bukti pemerintah gagal melindungi hak kebebasan beragama. Radikalisasi agama kata Jopie, akibat pemerintah gagal mewujudkan keadilan sosial.
”Kalau kita makmur tidak bakalan ada orang yang mau mengganggu orang lain. Kalau masyarakat punya pekerjaan tetap, tidak mungkin ngurusin keyakinan orang lain. Intinya ini semua cermin masyarakat yang putus asa karena tidak mendapat keadilan sosial dari pemerintah,” ujar Jopie. (E1)
http://www.vhrmedia.com/2010/detail.php?.e=4383
FPI Ancam Serang Upacara Nikah Jemaat Pantekosta Jatinangor

”Saya sudah telepon pihak FPI untuk tidak mengganggu. Ini kan hanya upacara pernikahan jadi mereka tidak berhak mengganggu,” kata Kapolsek Jatinangor, Sujoto.
VHRmedia, Bandung - Front Pembela Islam (FPI) Sumedang mengancam membubarkan upacara pernikahan jemaat Pantekosta Jatinangor. FPI sebelumnya menyerang dan menutup Gereja Pantekosta di Jalan Raya Rancaekek.
Upacara pemberkatan pernikahan jemaat Pantekosta, pasangan Fernando Simanjuntak dan Luciana semula akan digelar di Gereja Pantekosta Jatinangor, Sumedang, 24 September 2011. Namun dipindah ke gereja IPDN karena ada ancaman dari FPI
”Kalau kami tetap melaksanakan pemberkatan di sini (Gereja Pantekosta Jatinagor), FPI mengancam akan memporak-porandakan pernikahan jamaat kami. Mereka (FPI) berkata sabtu nanti akan berkumpul di IPDN dan menyerang pernikahan jemaat kami,” ujar Pendeta Gereja Pantekosta Jatinangor, Berhard Maukha, Kamis (22/09).
Camat Jatinangor Nandang Suparman memutuskan memindah tempat pernikahan di kantor kecamatan. Keputusan itu diambil seusai perundingan dengan pengurus Gereja Pantekosta, Polsek Jatinagor, dan Koramil.
”Tadi sudah disepakati oleh yang mau menikah jika tempat pernikahan kita pindahkan ke kantor kecamatan,” kata Nandang.
Kapolsek Jatinangor, Sujoto mengaku sudah berkordinasi dengan FPI untuk tidak mengganggu prosesi pernikahan tersebut. Meski demikian Sujoto tetap menurunkan personel untuk mengamankan pernikahan tersebut.
”Saya sudah telepon pihak FPI untuk tidak mengganggu. Ini kan hanya upacara pernikahan jadi mereka tidak berhak mengganggu,” ujar Sujoto.
Pada 17 Juli 2011, FPI menyerang dan menutup paksa gereja Pantekosta Jatinangor yang berada di pinggir Jalan Raya Rancaekek.
Menurut Pendeta Benhard Maukha yang berada di gereja saat penyerangan, FPI mendobrak pintu dan membubarkan jemaat yang sedang melakukan kebaktian. Anggota FPI membawa cerurit, pisau, dan pedang.
Tidak ada korban jiwa dalam insiden tersebut. Namun hingga saat ini Gereja Pantekosta Jatinangor yang sudah 25 tahun berdiri, tidak bisa digunakan untuk kegiatan ibadah. (E1)
Foto: VHRmedia/Bambang Prasethyo
http://www.vhrmedia.com/2010/detail.php?.e=4328
Tidak ada komentar:
Posting Komentar